BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Teradapat pemikiran yang mendasari penulisan makalah ini.
Sejumlah pemikiran yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Pertama Orang barat memiliki pandangan hidup sekuler dan liberal yang kemudian mengglobalkan pandangan hidup dan
nilai-nilainya keseluruh dunia termasuk dunia Islam. Wacana-wacana tersebut
banyak dipopulerkan melalui berbagai
media masa, yaitu situs internet, televisi, radio surat kabar, majalah dsb.
Islam di pandang sebagai ancaman potensial
bagi barat, Islam dipandang sebagai isu politik potensial untuk meraih
kekuasaan di barat, maka sebagai daya upaya dilakukan untuk menjinakkan dan
melemahkan Islam dengan cara melakukan proyek liberalisasi Islam besar-besaran
di dunia Islam
Bahwa faham liberalisme barat yang
banyak meracuni para pemikir-pemikir Islam maupun para mufassirin adalah sangat
berbahaya. Maka hal ini harus disadari benar. Dalam setiap pemahaman terhadap
suatu nash Al Qur’an perlu adanya banyak factor, apalagi dalam menafsirkannya.
Pola berfikir yang kebablasan ini harus di rem, serta dikembalikan sesuai Al
Qur’an dan Sunnah. Jangan sampai kita menyebarkan Ilmu pengetahuan yang salah
pada orang lain, karena kita akan mendapat dosa daripadanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGARUH WORLDVIEW BARAT
(LIBERALISME) TERHADAP UMAT ISLAM DALAM
MEMAHAMI AGAMANYA
Dari ujung
barat sampai ujung kaki , masyarakat zaman kini merasakan peradaban barat dalam
kehidupan sehari-hari. Cara berpakaian , visi kenegaraan dan hubungan antar
bangsa, bahkan cara berfikirpun orang banyak terpengaruh oleh peradaban barat.
Tidak sedikit orang yang menyerap
kebiasaan barat sebagai character building atau pembangunan kepribadian yang di
anggap menuju kearah yang lebih baik.
Demikian juga dalam pemahaman masalah
agama, umat islam banyak terpengaruh
oleh cara berfikir / pandangan berfikirnya orang barat. Orang barat memiliki pandangan hidup sekuler dan liberal yang kemudian mengglobalkan pandangan hidup dan
nilai-nilainya keseluruh dunia termasuk dunia Islam. Wacana-wacana tersebut
banyak dipopulerkan melalui berbagai
media masa, yaitu situs internet, televisi, radio surat kabar, majalah dsb.
Islam di pandang sebagai ancaman potensial
bagi barat, Islam dipandang sebagai isu politik potensial untuk meraih
kekuasaan di barat, maka sebagai daya upaya dilakukan untuk menjinakkan dan
melemahkan Islam dengan cara melakukan proyek liberalisasi Islam besar-besaran
di dunia Islam. Munculnya worldview
barat kedalam pemikiran umat islam
begitu meresahkan karena ide dan gagasan-gagasan yang mereka usung
sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip akidah dan syariat Islam . Pemikiran
yang merusak seperti ini seharusnya dibendung dan dilawan dengan pemikiran yang
benar. Membiarkannya berarti hanya akan membuat virus tersebut leluasa bergerak
dalam merusak dan mencari mangsa. Disinilah umat Islam memiliki kewajiban untuk
membentengi dirinya dari arus liberalisasi Islam.
a)
Arti
Liberal
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Liberal
berarti bebas ( Luas dan terbuka ). Sedangkan liberalisme berarti aliran
ketatanegaraan dan ekonomi yang menghendaki demokrasi dan kebebasan pribadi
untuk berusaha dan berniaga ( pemerintah
tidak campur tangan ) atau usaha menuju kebebasan.[1][1] Dalam fatwa MUI tentang pluralism, liberalisme
dan sekularisme agama di sebutkan bahwa liberalism adalah memahami nash-nash
agama ( Al Qur;an dan Sunah ) dengan menggunakan akal fikiran yang bebas dan
hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal fikiran semata.
Kata-kata liberal sulit dicari dalam kamus bahasa Arab karena kata tersebut berasal dari barat yang
kemudian diserap kedalam bahasa lain. Menurut Abdurrahim bin Syamayil As-silmi,
memang sulit mendefinisikan liberalisme secara singkat dan padat. Tetapi ada
pemikiran mendasar yang di sepakati oleh orang-orang liberal, yaitu gerakan yang menjadikan
kebebasan sebagai landasan, tujuan,motivasi, dan target yang hendak di gulirkan
dalam kehidupan manusia.
Secara umum liberalisme mencita-citakan suatu
masyarakat yang bebas , dicirikan oleh kebebasan berfikir bagi para individu.
Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya bagi pemerintah dan
agama. Ada tiga hal yang mendasar dari
ideology liberalisme yakni kehidupan, kebebasan dan hak milik ( life, liberty
dan property ).[2][2]
Dalam sejarah Kristen Eropa, kata secular
dan liberal dimaknai sebagai pembebasan masyarakat dari cengkeraman kekuasaan Gereja,yang sangat kuat dan
hegemonic di Zaman pertengahan. Proses selanjutnya bukan saja dalam bidang
social polotik, tetapi juga menyangkut metodologi pemahaman keagamaan.misalnya
muncul pemikiran Yahudi Liberal (Liberal
Yudaism) ,dengan tokohnya Abraham Geiger. Begitu pula merebaknya teologi
liberal dalam agama Kristen. Sejarah
liberalisme termasuk juga liberalisme agama adalah tonggak baru bagi sejarah
kehidupan manusia barat dan karena itu disebut dengan periode pencerahan.
Perjuangan untuk kebebasan mulai dihidupkan kembali. Mengapa kemudian barat
memilih jalan hidup sekuler dan liberal?
Ada tiga factor penting yang menjadi latar belakangnya , yang pertama Trauma
sejarah ( problem sejarah Kristen ) sejarah kekristenan kata Bernard Lewis,
banyak diwarnai dengan perpecahan ( skisma)dan kekafiran( heresy ) dan
dengan konflik antar kelompok yang
berujung pada peperangan atau penindasan.Sejarah bermula sejak zaman Konstantin agung, dimana terjadi
konflik antara Gereja konstantinopel, Antioch dan Alexandria. Lalu antara
konstantinopel dan Roma; antara katolik dan protestan dan antara berbagai sekte
dalam Kristen. Setelah konflik darah
banyak terjadi , maka muncul di kalangan Kristen yang berfikir, bahwa kehidupan
toleran antar kelompok masyarakat hanya dapat dilakukan jika kekuasaan gereja
untuk mengatur politik dihilangkan, demikian juga campur tangan Negara terhadap
gereja. Kedua Teks Bible. Problem ini berkaitan dengan, otentisitas teks
bible dan makna yang terkandung di dalamnya. Ada sebagian kalangan yang dengan
gegabah menyamakan antara Al Qur’an dengan Bible dengan menyatakan , bahwa semuanya adalah
kitab suci, dan semuanya mukjizat. Padahal
ilmuwan barat yang jeli , bisa membedakan antara kedua kitab agama itu. Kitab Alqur’an
tidak mengalami problema sebagaimana problema teks Bible. Bible hingga kini
masih merupakan misteri, siapa sebenarnya penulis kitab ini masih merupakan
misteri,tidak adanya dokumen Bible yang original saat ini, bahan yang adapun
saat ini bermacam-macam berbeda satu sama lain.
banyaknya ragam teks, sekarang ini ada sekitar 5000 manuskrip bible dalam
bahasa Greek yang berbeda satu dengan yang lainnya.ketiga problem teologi Kristen , Tuhan menjadi
satu problem . Bagaimana menjelaskan kepada akal yang sehat bahwa Yesus adalah Tuhan dan sekaligus manusia.
Pemahaman bahwa Yesus Tuhan yang Esa, tunggal tidaklah dapat tercapai oleh
manusia.Sehingga hal ini menjadi ajang perdebatan yang ramai di kalangan
Kristen. Akhirnya ada kelompok yang menyetujui doktrin resmi bahwa Yesus adalah
Tuhan tetapi ada yang tidak mengakui doktrin resmi gereja.[3][3] Berangkat dari kekecewaan dari
doktrin-doktrin dan sejarah agama mereka
inilah yang memunculkan adannya
liberalisasi agama di dunia barat. Proses sekularisasi- liberalisasi Agama ,
kemudian diglobalkan dan dipromosikan keagama-agama lainya, termasuk Islam.
b)
Pengaruh
Worldview barat (Liberalisasi) terhadap umat Islam
Pemikiran umat
islam dalam memahami agamanya yang dipengaruhi oleh liberalism barat bisa
diistilahkan dengan Islam liberal. Pemikiran Islam liberal adalah satu aliran
berfikir baru dikalangan umat Islam. Prinsip-prinsip
yang dianut Islam liberal menekankan kebebasan pribadi dan pembebasan dari
struktur social politik yang menindas. Tren pemikiran Islam liberal merupakan fenomena global yang belakangan ini
mulai menggejala di hampir seluruh belahan dunia Islam. Ia menyebar dan
menjalar kesetiap lini kehidupan masyarakat muslim pada khususnya seiring
dengan derasnya ekspansi neo imperialisme barat yang di buat atas nama
globalisasi dan perang melawan terorisme. Bila diteliti dengan cermat hampir
seluruh gerakan liberal di dunia Islam termasuk juga di Indonesia lahir dari
respon ideologis terhadap berbagai persoalan social, politik dan ekonomi yang
sedang melanda masyarakatnya. Kelompok ini berusaha ingin membuat terobosan baru untuk membangkitkan
kembali masyarakat mereka yang telah
jauh dan tertinggal bila oleh
dibandingkan dengan dunia barat.Dan terobosan ini kata mereka, hendaklah
dimulai dari agama. Karena agamalah ( Islam )
selama ini menjadi penghalang kemajuan dan akselerasi pembangunan
ditengah-tengah masyarakat Arab dan muslim.keyakinan inilah yang dapat direkam
dari salah satu pemikir arab abad dua puluh yang lalu, Muhammad Nuwahyhi. Dalam
artikelnya dia menyatakan” Kalau kita betul terus ingin berusaha mencapai “
Revolusi Budaya Arab Komprehensif”´ maka kita harus memulainya untuk berhadapan
dengan fakta, bahwa penghalang pertama perjalanan ini adalah agama. Pernyataan
yang sama jugalah yang terdengar dari budaya Lebanon, Adonis. Tokoh yang begitu
jengkel sekali dengan peran yang di mainkan oleh agama Islam. Dalam bentuk
kebudayaan Arab.Karena menurutnya agama inilah yang telah mendorong msyarakat
Arab menjadi static, tidak dinamik dan tidak kreatif. Tetapi hanya bergantung
pada hal-hal yang absolute, fixed dan permanen.Baik Nuwahyi ataupun Adonis sepertinya
lupa atau sengaja melupakan bahwa
sesungguhnya kemajuan dan kegemilangan
yang pernah digapai dan di raih peradaban Islam selama sekian abad tidak terlepas dari peran yang di
mainkan oleh Agama Islam.
Di Indonesia
kemunculan gerakan liberalisasi ini juga tak terlepas dari persoalan
multi dimensi yang sedang melilit bangsa Indonesia saat ini . Dan secara khusus
kelompok ini telah menempatkan
dirinya sebagai respon dan reaksi
terhadap fenomena baru yang mereka beri label sebagai “ radikalisme dan
fundamentalisme Islam” yang mulai marak
dengan jatuhnya rezim pemerintahan Orde Baru Suharto .yang dimaksud dengan
kelompokm terakhir ini adalah mereka yang
secara getol berusaha untuk menetapkan syariat Islam sebagai hukum
positif dalam pemerintahan Indonesia.Ada yang melihat gerakan liberal ini tak lain hanya merupakan kelanjutan dari
usaha pembaharu yang pernah di gagas oleh Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid,
Ahmad Wahid, Djohan Effendi, Harun Nasution,dll.Tapi bukan tidak mungkin juga gerakaan
liberalisasi ini juga sebuah ungkapan ketidak berdayaan para pendukungnya dalam
berhadapan dengan fenomena global yang saat ini di dominasi dan di hegemoni
oleh peradaban barat. Mereka begitu rendah diri sekali serta sangat silau
dengan kemajuan yang di raih barat sehingga timbul keyakinan bahwa jika umat Islam ingin maju maka mereka
harus mengikuti setiap jejak langkah barat. Umat Islam harus mengadopsi
demokrasi, kebebasan agama dan berpendapat, persamaan kedudukan laki-laki dan
wanita, pemisahan agama dari ruang public dan lain sebagainya. Karena hanya
dengan begitu, mereka yakin, masyarakat Islam akan terlepas dari keterpurukan
dari apa yang sedang mereka alami saat ini
B. BENTUK PENAFSIRAN ISLAM LIBERAL ATAS ISLAM
DENGAN LANDASAN
a.
Membuka pintu ijtihad pada semua dimensi Islam
Islam liberal percaya bahwa ijtihad atau
penalaran rasional atas teks-teks keislaman adalah prinsip utama yang
memungkinkan Islam terus bertahan dalam segala cuaca. Penutupan pintu ijtihad,
baik secara terbatas atau secara keseluruhan, adalah ancaman atas Islam itu
sendiri, sebab demikian Islam akan mengalami pembusukan. Islam liberal percaya
bahwa ijtihad bisa diselenggarakan dalam semua segi, baik segi muamalat (
interaksi social), ubudiyyat ( ritual),dan ilahiyyat ( teologi).
b.
Mengutamakan
semangat religio etik, bukan makna literal teks.
Ijtihad yang dikembangkan oleh Islam liberal
adalah upaya menafsirkan AlQur’an berdasarkan semangat relegio-etik Qur’an dan
sunah Nabi, bukan menafsirkan Islam semata-mata berdasarkan makna literal
sebuah teks. Penafsiran yang literal hanya akan melumpuhkan Islam. Dengan
semangat relegio –aktif , Islam akan hidup dan berkembang secara kreatif
menjadi bagian dari peradaban
kemanusiaan universal.
c.
Mempercayai
kebenaran yang relative, terbuka dan plural
Islam liberal mendasarkan diri pada gagasan
tentang kebenaran( dalam penafsiran keagamaan) sebagai sesuatu yang relative,
sebab sebuah penafsiran adalah kegiatan manusiawi yang terkungkung sebab setiap
bentuk penafsiran mengandung kemungkina
salah, selain kemungkinan benar, sebab penafsiran keagamaan dalam satu dan lain
cara, adalah cerminan dari kebutuhan seorang penafsir di suatu masa dan ruang
yang berubah-ubah.
d.
Memihak pada
yang minoritas dan tertindas
Islam liberal berpijak pada penafsiran Islam
yang memihak kepada kaum minoritas yang tertindas dan terpinggirkan. Setiap
struktur social politik yang mengawetkan praktek ketidak adialan atas yang
minoritas adalah berlawanan dengan semangat Islam. Minoritas disini dipahami
dalam maknanya yang luas, mencakup minoritas agama, etnik, ras, gender, budaya,
politik dan ekonomi.
e.
Meyakini
kebebasan beragama
Islam liberal meyakini bahwa urusan
beragam-atau tidak beragama adalah hak perorangan yang harus dihargai dan
dilindungi. Islam liberal tidak membenarkan penganiayaan (persekusi ) atas
dasar suatu pendapat atau kepercayaan.
f.
Memisahkan
otoritas duniawi dan ukhrowi, otoritas keagamaan dan politik
Islam liberal yakin bahwa kekuasaan keagamaan
dan politik harus dipisahkan, Islam liberal menentang agama (Teokrasi). Islam
liberal yakin bahwa bentuk Negara yang sehat
bagi kehidupan agama dan politik adalah negara yang memisahkan kedua
wewenang tersebut. Agama adalah sumber inspirasi yang dapat mempengaruhi
kebijakan public, tetapi agama tidak punya hak suci untuk menentukan segala
bentuk kebijakan public
Sebenarnya
sungguh sulit dipahami dengan akal sehat, jika banyak cendekiawan dari kalangan
muslim yang latah dan ikut-ikutan perilaku barat dalam ‘ membunuhAgama’ mereka
sendiri. Jika perbedaan konsepsi dan sejarah antara Kristen dengan Islam
benar-benar dikaji secara cermat seyogyanya tidak perlu ada kalangan muslim
yang latah menyebarkan paham liberal dalam agama Islam. Biarlah barat dengan
traumatisnya terhadap praktek keagamaan mereka sendiri. Sesungguhnya dalam
Islam tidak ada permasalahan sama sekali
baik dari masalah KeTuhanan, kitab suci maupun yang lainnya. Tidak ada
perbedaan pendapat dalam konsep keesaan Allah dan kenabian Muhammad saw. Sejak
masa nabi Muhammad saw kaum muslim sudah mewarisi konsep teologi dan ritual
agama Islam yang sempurna. Islam adalah agama yang oleh Allah sendiri telah
dinyatakan sebagai agama yang sempurna. Seperti dalam firmanNya
pada hari Ini
Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. ( Q.S Al Maidah
Ayat 3
Nama agamapun
sudah diberikan oleh Allah melalui Alqur’an, nama agama ini bukan mengacu pada
nama tempat atau nama seseorang tetapi namanya adalah Islam satu-satunya agama yang diberikan oleh
Allah melalui kitab sucinya . Kaum
muslim melaksanakan syahadat, salat,
puasa, zakat dan haji adalah dengan contoh-contoh yang langsung dan jelas
diberikan oleh nabi Muhammad saw, bukan dari penafsiran-penafsiran tak
langsung. Tidak ada masalah dengan Alqur’an, semuanya jelas mulai dari
penulisannya, teksnya Alqur’an semuanya
berbahasa arab dinegara manapun Alqur’an
kita temukan, Alqur’an adalah lafzhan wa ma’nan ( lafaz dan maknanya dari Allah
swt ) Alqur’an telah tercatat baik sejak
nabi Muhammad saw. Catatan AlQur’an berbeda dengan Al Hadits, bahkan untuk
menjaga otensitas dan kemurnian AlQur’an nabi Muhammad saw pernah melarang
untuk tidak menulis hadits. Kaum muslim juga tidak mengalami trauma historis
sebagaimana dialami barat. Tetapi pada
kenyataannya masih banyak umat Islam yang terpengaruh oleh pandangan liberal
barat dalam memahami agamanya.pemikiran-pemikiran liberal barat yang masuk
dalam pemikiran umat Islam diantaranya:
a. Pluralisme
Agama
Paham ini pada
dasarnya menyatakan , bahwa semua agama
adalah sama- sama sah menuju Tuhan yang sama. Maka setiap pemeluk agama tidak
boleh mengklaim atau menyakini bahwa
agamanya sendirinya yang benar atau lebih baik dengan agama yang lain. Hal ini
sangat bertentangan dengan firman Allah,
Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang rugi[4][7]
Penyebaran paham
pluralism agama di tengah masyarakat muslim dapat dilihat sebagai bagian dari
upaya barat menglobalkan nilai-nilainya, dan meneguhkan hegemoninya atau upaya
misionaris Kristen untuk melemahkan keyakinan kaum muslim. Pluralism
sebagaimana sekularisme adalah senjata pemusnah massal
terhadap keyakinan agamanya.
b.
Hermeneutika
dan studi Al Qur’an
Fenomena
merebaknya hermeneutika dan studi Al Qur’an dikalangan umat Islam juga tidak
terlepas dari hegemoni pemikiran barat yaitu adanya kritik terhadap teks bible.
Mereka menyatakan bahwa otensitas Al Qur’an sebagai kalamullah perlu di uji ulang sehingga kebenaran yang dikandungnya pun
perlu di gugat ulang.kalau Al Qur’an sebagai sumber pertama dan utama ajaran
Islam telah di gugat eksistensinya, terlebih-lebih Al Hadits yang hanya
merupakan hukum sekunder. Mereka berpandangan bahwa terlalu banyak nash-nash
,hadits yang harus dibuang sebagai sampah, karena hanya akan mempersempit ruang
gerak hidup manusia.Penolakan itu dilakukan dengan berbagai macam dalih dan isu,
misalnya isu gender,HAM, demokrasi,dan sebagainya.Bahkan menurut mereka
penafsiran Al Qur’an selama ini dianggap tidak obyektif, sangat dipengaruhi
oleh subyektivitas para mufassir. Amina Wadud menyatakan bahwa untuk
meminimalkan subyektivitas mufassir adalah harus kembali pada prinsisp dasar
dalam Al Qur’an sebagai kerangka paradigmanya. Wadud yang seorang professor
Islamic studies di Virginia, tidak menolak Al Qur’an tetapi membuat cara
penafsiran baru yang ia anggap lebih baik dan menganggap penafsiran yang selama
ini adalah metode klasik. Ia sebut tafsir gaya baru tersebut dengan
Hermeneutika Tauhid. Dalam memahami Al Qur’an harus disesuaikan dengan
konteksnya. Maka dalam memahami ayat-ayat perempuan, diperlukan perempuan pula
dalam menafsirkannya, dan menganggap penafsiran selama ini yang dilakukan
semuanya oleh kaum laki-laki adalah bias gender. Hingga puncaknya pada hari
Jum’at , 18 Maret 2005 , Amina Wadud memimpin sholat jum’at di sebuah Gereja
Katedral di Sundram Tagore Gallery 137 Greene street, New York. Padahal setahun
sebelum terjadinya peristiwa tersebut, Program Magister Studi Islam Universitas
Muhammadiyah Surakarta menerbitkan sebuah artikel yang mengupas tentang
hermeneutika tauhidnya Amina Wadud, yang berjudul “Hermeneutika Tauhid Amina Wadud-Muhsin”
yang ditulis oleh Ahmad Baidowi pada jurnal Studi Islam PROFETIKA,
vol 6, No.1 Januari 2004. Betapa hal ini jelas, bahwa pemahaman dan penafsiran
terhadap suatu teks sangat dipengaruhi oleh perspektif mufassir, background
yang melatarbelakanginya. Mengingat para gerakan feminisme termasuk Wadud , ide
“gender equality” (kesetaraan gender) bersumber dari pengalaman Barat dengan
pandangan hidup secular-liberal. Dewasa ini banyak pula wanita muslimah menikah
dengan pria non muslim, mereka menganggap inipun merupakan kesetaraan gender.
Padahal jelas dalam Al Qur’an Allah berfirman :
وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
سَبِيلًا۞
“Dan
Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk
menguasai
orang-orang
yang beriman”. (QS. An Nisa’: 141).
Maka
worldview islam harusnya dijadikan landasan kerangka berfikir, jika worldview
telah terkontaminasi dengan yang bukan Islam, maka akan lahir hukum-hukum yang
bertentangan dengan Al Qur’an.
BAB
III
PENUTUP
a.
kesimpulan
Bahwa
faham liberalisme barat yang banyak meracuni para pemikir-pemikir Islam maupun
para mufassirin adalah sangat berbahaya. Maka hal ini harus disadari benar.
Dalam setiap pemahaman terhadap suatu nash Al Qur’an perlu adanya banyak factor,
apalagi dalam menafsirkannya. Pola berfikir yang kebablasan ini harus di rem,
serta dikembalikan sesuai Al Qur’an dan Sunnah. Jangan sampai kita menyebarkan
Ilmu pengetahuan yang salah pada orang lain, karena kita akan mendapat dosa
daripadanya.
DAFTAR PUSTAKA
Sukarna.1981.Ideologi:Suatu
Studi Ilmu Politik.Bandung: Penerbit Alumni.
Adian Husaini.2005.Wajah
Peradaban barat(Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular dan Liberal.Jakarta:
Gema Insani
Nirwan Syafrin.M.A.2008.Kritik terhadap
paham Liberalisasi Syariat Islam.Solo: Kumpulan bahan kuliah Islamic
Worldview program pasca sarjana UMS
Adian Husaini.2006.Hegemoni
Kristen-Barat dalam Studi Islam di perguruan tinggi.Jakarta: Gema Insani.
Kementrian Agama RI.2010.Syamil
Al Qur’an Miracle The Referene.bandung: Sygma
Departemen Pendidikan
Nasional.2001.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.
Internet
[3][3] Adian
Husaini, Wajah Peradaban Barat ( Dari Hegemoni Kristen Ke Dominasi Sekular dan
Liberal, Pengantar: Prof.Dr. Wan Mohd
Nor Wan daud ), gema
Insani, Jakarta 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar